Friday, October 20, 2017

Audit Teknologi Sistem Informasi

COBIT
Definisi COBIT
Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009).
COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).
COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut.

Maksud dari Cobit
Maksud utama dari COBIT :
1. Menyediakan kebijakan yang jelas dan praktik2 yang baik untuk IT governance dalam organisasi tingkatan dunia.
2. Membantu senior management memahami dan memanage resiko2 terkait dengan TI. COBIT melaksanakannya dengan menyediakan satu kerangka IT governance dan petunjuk control objective rinci untuk managemen, pemilik proses business , users, dan auditors.

Tujuan Cobit
1. Diharapkan dapat membantu menemukan berbagai kebutuhan manajemen yang berkaitan dengan TI.
2. Agar dapat mengoptimalkan investasi TI Menyediakan ukuran atau kriteria ketika terjadi penyelewengan atau penyimpangan. Adapun manfaat jika tujuan tersebut tercapai adalah : 1. Dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. 2. Dapat mendukung pencapian tujuan bisnis.
3. Dapat meminimalisasikan adanya tindak kecurangan/ fraud yangmerugikan perusahaan yang bersangkutan.

Landasan Cobit
· Menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran2,
· Suatu organisasi harus memanage sumberdaya TI nya melalui satu kumpulan proses2 yang dikelompokkan secara alami.
· Grup2 proses COBIT disusun secara sederhana dan berorientasi pada hirarki bisnis
· Setiap proses merujuk sumberdaya TI, dan persyaratan2 kualitas, fiduciary/kepercayaan, dan keamanan dari informasi


Kerangka Kerja COBIT
Kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yakni:
  • Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning & Organization , Acquisition & Implementation Delivery & Support , dan Monitoring & Evaluation.
  • Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.
  • Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
v  Sejauh mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
v  Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
v  Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors ).
v  Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan.
v  Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.
v  Bagaimana mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.

Manfaat dan Pengguna COBIT
Secara manajerial target pengguna COBIT dan manfaatnya adalah :
  • Direktur dan Eksekutif
Untuk memastikan manajemen mengikuti dan mengimplementasikan strategi searah dan sejalan dengan TI.
  • Manajemen
v  Untuk mengambil keputusan investasi TI.
v  Untuk keseimbangan resiko dan kontrol investasi.
v  Untuk benchmark lingkungan TI sekarang dan masa depan.
  • Pengguna
Untuk memperoleh jaminan keamanan dan control produk dan jasa yang dibutuhkan secara internal maupun eksternal.
  • Auditors
v  Untuk memperkuat opini untuk manajemen dalam control internal.
v  Untuk memberikan saran pada control minimum yang diperlukan.

VERSI COBIT
•         Versi 1
•         Versi 2
•         Versi 3.0
•         Versi 4.0
•         Versi 4.1
•         Versi 5
COBIT 4 DAN COBIT 5

COBIT 4.0
Cobit 4.0 memberikan fokus bisnis yang cukup kuat untuk mengatasi tanggung jawab para direktur dan pegawai. Cobit 4.0 menandai pembaharuan pertama dari isi cobit sejak dirilisnya edisi cobit ketiga di tahun 2000. Edisi pertama diterbitkan di tahun 1994. Studi kasus pelaksanaan Cobit di organisasi interasional utama misalnya Unisys, Sun microsystems dan DPR Amerika juga terdapat di cobit case studies.
“Cobit 4.0 tidak kelihatan seperti sebuah buku akademik. Ada materi yang cukup berguna pada setiap halaman”, ujarChristoper Fox, ACA. “Cobit 4.0 mampu menjadi sebuah dokumen yang sangat bermanfaat”.
Cobit 4.0 juga mencakup bimbingan bagi para direktur dan semua level manajemen dan terdiri dari empat seksi :
š Gambaran luas mengenai eksekutif
š Kerangka Kerja
š Isi utama (tujuan pengendalian, petunjuk manajemen dan model kedewasaan)
š Appendiks (pemetaan, ajuan silang dan daftar kata-kata)

Fungsi lainnya :
š Menganalisa bagaimana tujuan pengendalian dapat dipetakan ke dalam lima wilayah penentuan IT agar dapat mengidentifikasi gap potensial.
š Menyesuaikan dan memetakan cobit ke standar yang lain (ITIL, CMM, COSO, PMBOK, ISF dan ISO 17799)
š Mengklarifikasikan indikator tujuan utama (KGI) dan indikator hubungan kinerja utama (KPI), dengan mengenal bagaimana KPI dapat bergerak mencapai KGI.
š Menghubungkan tujuan bisnis, IT dan proses IT (penelitian mendalam di delapan industri dengan pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana proses Cobit mendukung tercapainya tujuan IT spesifik dan dengan perluasan, tujuan bisnis).

Cobit 4.0 bisa menggantikan komponen edisi ketiga yang menyangkut ringkasan eksekutif, kerangka kerja, tujuan pengontrolan dan petunjuk manajemen. Pekerjaan sedang dilakukan agar bisa mengatasi petunjuk audit.

COBIT 4.1
COBIT versi 4.1 adalah model standarpengelolaan IT yang telah mendapatkanpengakuan secara luas, dikembangkan olehInformation Technology Governance Institute(ITGI) dari Information System Audit andControl Association (ISACA).
Menurut IT Governance Institute, 2007,menyatakan bahwa pada versi 4.1 ini diuraikan good practices, domain-domain dan proses kerangka kerja (framework) TI yang ada.

COBIT 5
COBIT 5 adalah kerangka bisnis untuk tata kelola dan manajemen perusahaan IT (IT gevornance framework), dan juga kumpulan alat yang mendukung para manager untuk menjembatani jarak (gap) antara kebutuhan yang dikendalikan (control requirments), masalah teknis (technical issues) dan resiko bisnis (business risk). COBIT 5 adalah evolusi dari framework sebelumnya yakni, COBIT 4.1 yang ditambah dengan Val IT 2.0 dan Risk IT.


Skala maturity dari Framework COBIT

Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang . Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.

Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu lingkungan Enterprise, tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan, jangkauan dan kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan meningkatkan efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan kuantitas proses yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi biaya terkait dengan penggunaan sumber daya TI.

Maturity model dapat digunakan untuk memetakan :
1. Status pengelolaan TI perusahaan pada saat itu.
2. Status standart industri dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
3. status standart internasional dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
4. strategi pengelolaan TI perusahaan (ekspetasi perusahaan terhadap posisi pengelolaan TI perusahaan)
Tingkat kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity dibagi menjadi 6 level :

· Level 0(Non-existent); perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses teknologi informasi di perusahaannya 

· Level 1(Initial Level); pada level ini, organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan produk tidak dapat ditentukan dengan perencanaan yang tidak efektif, respon sistem. Proses pengembangan tidak dapat diprediksi dan tidak stabil, karena proses secara teratur berubah atau dimodifikasi selama pengerjaan berjalan beberapa form dari satu proyek ke proyek lain. Kinerja tergantung pada kemampuan individual atau term dan varies dengan keahlian yang dimilikinya. 

· Level 2(Repeatable Level); pada level ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses manajemen dalam mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan memungkinkan organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam mengembangkan proyek sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak sama. Tingkat efektif suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced, dokumentasi, enforced, trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product requirement dan dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah perubahan yang tidak diinginkan. 

· Level 3(Defined Level); pada level ini, proses standar dalam pengembangan suatu produk baru didokumentasikan, proses ini didasari pada proses pengembangan produk yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan untuk membantu manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja dengan lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik mempunyai karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan prosedur dalam mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas, maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan proyek tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan kualitas produk yang diawasi. 

· Level 4(Managed Level); Pada level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses dan pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses untuk mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat diterima. Resiko perpindahan teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan limit yang dapat diukur.

     

· Level 5(Optimized Level); Pada level ini, seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas, serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk menganalisis kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah kesalahan yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi lagi. 





Contoh Kasus

Domain : Monitoring and Evaluation
Kasus : Evaluasi Kinerja Sistem Informasi E-Filing Menggunakan COBIT 5 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Salatiga

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan salah satu instansi di bawah Kementerian Keuanngan. Tugas utama dari KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan terhadap Wajib Pajak khususnya dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai, serta pajak tidak langsung lainnya. Dalam pelaksanaan tugasnya KPP Pratama menerapkan sistem IT governance untuk pencapaian tujuan bisnis namun kurangnya tata kelola dalam penerapan sistem IT governance mengakibatkan kurang optimalnya KPP Pratama dalam menjalankan tugas dan pencapaian tujuan. Diperlukan penilaian tingkat kematangan IT governance untuk mengetahui pencapaian KPP Pratama dari tujuan bisnisnya, sehingga menghasilkan rekomendasi untuk memperbaiki tata kelola dalam penerapan IT Governance. Dalam menilai tingkat kematangannya digunakan pendekatan dengan COBIT 5. Dengan 15 responden dari 2 divisi menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kuesioner penelitian berfokus pada domain proses APO 13, BAI 06, dan DSS 05. Domain proses yang digunakan dalam penelitian didapat dari hasil pemetaan terhadap tujuan bisnis, tujuan TI, dan terkait proses TI. Hasilnya rata-rata tingkat kematangan dari ketiga domain proses yaitu 1,22 dengan berada pada level 1 (Performed Process).

Temuan Masalah

Dari hasil analisa dan penilaian tingkat kematangan ditemukan adanya masalah. Masalah yang ditimbulkan terkait SI E-Filing diantaranya tidak dilakukannya komunikasi dalam lingkup KPP Pratama mengenai keamanan sistemnya. KPP Pratama sebatas melaporkan masalah yang timbul dari SI E-Filing ke DJP Pusat sesuai prosedur yang telah ditentukan, tanpa melakukan diskusi internal dalam KPP Pratama. Dengan melakukan diskusi internal setidaknya KPP Pratama yang bertugas memberi penyuluhan dan melakukan pengawasan dapat benar-benar memahami pentingnya keamanan sistem.
Temuan lainnya adalah tidak adanya evaluasi terhadap E-Filing kepada WP sebagai pengguna. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui tingkat pengoptimalan WP dalam menggunakan SI E-Filing. Dengan begitu KPP Pratama dapat mengetahui hal yang mengakibatkan E-Filing kurang optimal bagi WP, dan dapat menghasilkan penanganan yang tepat untuk masalah terkait pengoptimalan penggunaan oleh WP. Sebagai pihak yang menjadi pelaksana KPP Pratama tidak memiliki aktivitas mendokumentasikan dan merencanakan secara terprosedur, hanya melaporkan dan menunggu solusi dari DJP Pusat sebagai pihak yang memiliki otoritas.
Dalam menjaga keamanan layanan tidak ditemukan adanya ketentuan pihak yang memiliki tanggung jawab. Dari hasil wawancara semua staff KPP Pratama memiliki tanggung jawab dalam menjaga keamanan layanan, namun pada hasil survei sebagian banyak responden menyatakan tidak adanya penanggung jawab. Tidak adanya ketentuan penanggung jawab tersebut menjadi rancu ketika nantinya terjadi masalah, pihak yang menemui masalah tidak dapat tau pasti kemana hal tersebut harus dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum langsung ke DJP Pusat (sebagai pihak yang memiliki otoritas).

Rekomendasi

Rekomendasi yang dihasilkan dari hasil temuan dari penilaian tingkat kematangan SI E-Filing diantaranya dengan melakukan komunikasi antar penanggung jawab di KPP Pratama yang memegang tanggungjawab terkait pengunaan SI E-Filing yaitu seksi PDI dan seksi pelayanan. Sehingga komunikasi tidak hanya dilakukan antara KPP Pratama dengan DJP Pusat saja tetapi juga internal dari KPP Prtama, sehingga para penanggung jawab KPP Pratama benar-benar memahami pentingnya menjaga keamanan sistem.
Untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan E-Filing KPP Pratama dapat melakukan survey terhadap E-Filing kepada WP yang menjadi pengguna SI E-Filing sehingga mengetahui capaian dari tujuan bisnis yang ingin memberikan kemudahan bagi WP dan memberikan pelayanan berbasis teknologi modern
Dalam melakukan penyesuaian KPP Pratama perlu melakukan prediksi terhadap resiko yang mungkin timbul akibat adanya perubahan aktivitas dari pelaporan manual ke pelaporan terkomputerisasi. Meskipun hal tersebut menjadi otoritas DJP Pusat namun KPP Pratama yang berhubungan langsung dengan pengguna (WP) dapat melakukan dengan perkiraan resiko yang mungkin timbul dari implementasi SI E-Filing baik dari sisi pengguna maupun support IT. Dari perkiraan resiko tersebut KPP Pratama dapat meminimalkan resiko.
 Menentukan tanggung jawab atas pengoperasian layanan sistem informasi E-Filing. Dengan ditentukan maka jelas pihak yang bertanggung jawab dan pihak yang membantu dalam pengoperasian layanan. Akan lebih baik lagi jika struktur organisasi diperjelas dengan job description pada masing-masing bagiannya. Setiap staf juga dipastikan memahami masing-masing job description pada posisi yang mereka tempati.

Kesimpulan

A. Hasil penilaian kinerja Sistem Informasi E-Filing KPP Pratama Kota Salatiga dari 3 proses pada COBIT 5 belum ada yang mencapai level 3. Agustinus Fritz Wijaya, Anneke Tri Andani 70 JUTEI Volume.1 No.1 April 2017 ISSN 2579-3675, e-ISSN 2579-5538 DOI 10.21460/jutei.2017.11.9
B. Rata-rata tingkat kematangan kinerja Sistem Informasi E-Filing KPP Pratama Kota Salatiga dari ketiga proses yang dianalisa adalah 1,22 berada pada Level 1 (Performed). Diartikan bahwa telah dilakukan implementasi tetapi tidak ada kontrol serta perencanaan yang terstruktur.
C. Sebagian besar aktivitas dalam kendali DJP Pusat dan semua kebijakan ada pada DJP Pusat. KPP Pratama Kota Salatiga sebagai pelaksana yang melaksanakan pelayanan, penyuluhan dan pengawasan Wajib Pajak dengan prosedur dari DJP Pusat.
D. COBIT 5 menyediakan kerangka kerja untuk mengukur dan memantau kinerja TI. Sehingga dalam evaluasi kinerja SI E-Filing tepat jika menggunakan pendekatan dengan COBIT 5.
E. Tata kelola TI pada KPP Pratama belum dilakukan secara menyeluruh sehingga harapan yang dicapai saat ini belum optimal.

Daftar Pustaka


No comments:

Post a Comment